PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR DI INDONESIA
Pada post saya kali ini, saya akan membahas tentang Perekonomian
Indonesia dibidang Ekspor dan Impor. Sebelum kita memulai alangkah baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari ekspor dan impor itu sendiri.
PENGERTIAN EKSPOR DAN IMPOR
Ekspor adalah suatu
kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain, sedangkan Impor adalah
kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain. Kegiatan itu akan menghasilkan devisa bagi negara.
Pengertian Devisa itu sendiri adalah kegiatan yang merupakan masuknya
uang asing ke negara kita, yang dapat digunakan untuk membayar pembelian atas
impor dan jasa dari luar negeri.
Kegiatan impor dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan barang-barang yang tidak
dapat dihasilkan atau negara yang sudah dapat dihasilkan, tetapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan rakyat. Walaupun ekspor dapat memberikan kontribusi yang
sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor juga memegang
peranan yang penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara.
KONDISI EKSPOR DI INDONESIA
Secara kumulatif, nilai ekspor
Indonesia Januari-Oktober 2012
mencapai 118,43 juta US$ atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama
tahun 2013, sementara ekspor non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat
21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta
hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%,
21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selama periode Januari-Oktober 2012, ekspor dari 10 golongan barang
(lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan
listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik, bijih,
kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan
barang dari kayu, serta timah) memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap
total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang
tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu,
peranan ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008
sebesar 41,20%.
KONDISI IMPOR DI INDONESIA
Menurut info dari Liputan6.com, Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pada bulan Februari 2015 Impor Indonesia
dari beberapa negara di dunia mengalami penurunan. Hal itu dibuktikan dengan
total impor pada bulan Februari 2015 sebesar US$11,5 miliar atau turun 16,24
persen jika dbandingkan Februari 2014.
Meskipun secara total impor mengalami penurunan, namun khusus impor untuk barang dan jasa dari China mengalami lonjakan. Kepala BPS, Suryamin menjelaskan impor Indonesia dari China naik 5,44 persen (year on year). Kenaikan Impor tersebut sayangnya tidak dibarengi dengan tingkat ekspor Indonesia ke China. Ekspor Indonesia ke China justru mengalami penurunan.
"Ekspor ke China ini mengalami penurunan drastis, jadi memang dengan China ekpor turun, Impornya naik, karena kita memang memerlukan produk yang belum banyak diproduksi dalam negeri," kata Suryamin di kantornya, Senin (13/3/2015).
Dijelaskan Suryamin, penurunan ekspor ke China paling dominan adalah produk Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Batu bara.
Meskipun secara total impor mengalami penurunan, namun khusus impor untuk barang dan jasa dari China mengalami lonjakan. Kepala BPS, Suryamin menjelaskan impor Indonesia dari China naik 5,44 persen (year on year). Kenaikan Impor tersebut sayangnya tidak dibarengi dengan tingkat ekspor Indonesia ke China. Ekspor Indonesia ke China justru mengalami penurunan.
"Ekspor ke China ini mengalami penurunan drastis, jadi memang dengan China ekpor turun, Impornya naik, karena kita memang memerlukan produk yang belum banyak diproduksi dalam negeri," kata Suryamin di kantornya, Senin (13/3/2015).
Dijelaskan Suryamin, penurunan ekspor ke China paling dominan adalah produk Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Batu bara.
Ekspor CPO menurun dari bulan
Februari 2015 mencapai US$120,25 juta, padahal pada Februari 2014 ekspor CPO
Indonesia ke China mencapai US$324,96 juta. Sedangkan ekspor batu bara pada
Februari 2015 sebesar US$261,3 juta, padahal Februari 2014 mencapai US$527,66
juta.
Sementara untuk impornya, Indonesia pada bulan Februari 2015 impor dilakukan untuk barang-barang jenis mesin-mesin pesawat dan mekanik yang sebesar US$542,85 juta, dibandingkan Februari 2014 hanya US$499,8 juta. Tak hanya itu, impor mesin dan peralatan listrik meningkat pada bulan Februari 2014 sebesar US$569,8 juta, turun menjadi US$496,97 pada Februari 2015.
Untuk posisi ketiga besi dan baja, impor meningkat menjadi US$202,53 juta dari sebelumnya di Februari 2014 sebesar US$108,84 juta.
Sementara untuk impornya, Indonesia pada bulan Februari 2015 impor dilakukan untuk barang-barang jenis mesin-mesin pesawat dan mekanik yang sebesar US$542,85 juta, dibandingkan Februari 2014 hanya US$499,8 juta. Tak hanya itu, impor mesin dan peralatan listrik meningkat pada bulan Februari 2014 sebesar US$569,8 juta, turun menjadi US$496,97 pada Februari 2015.
Untuk posisi ketiga besi dan baja, impor meningkat menjadi US$202,53 juta dari sebelumnya di Februari 2014 sebesar US$108,84 juta.
EKSPOR DAN IMPOR YANG DOMINAN DI INDONESIA
Hingga Oktober 2014 salah satu informasi yang saya dapat,
memaparkan bahwa komoditi ekspor di Sumatera Utara masih lebih tinggi dari
impor dengan perbandingan ekspor 3.040.869 ton sedangkan impor 2.352.606 ton
melalui Pelabuhan Belawan. Untuk 2014 impor tidak lebih
tinggi dari ekspor dan yang paling dominan impor adalah bahan bakar minyak
(BBM) mencapai 25.444 ton dari luar negeri dan yang mendominasi ekspor minyak
sawit mencapai 266.040 ton.
Diperkirakan ada peningkatan
bongkar muat (BM) kapal tahun 2014 yaitu bongkar berdasarkan teus, ukuran, dan
tonase eksport masih lebih tinggi dari impor. Dari data itu membuktikan
komiditi Sumut masih berpeluang besar menjadi eksportir untuk menambah
pendapatan asli daerah (PAD) dan perlu kualitas yang bagus baik sisi pengiriman
maupun kualitas barang. Sehingga tetap diterima negara importer. Setiap tahun
ada peningkatan ekspor dibandingkan import melalui Pelabuhan Belawan.
Pada Rabu, 25 Februari 2015 majalah TEMPO.CO memuat informasi
tentang importir Jawa Tengah yang mengakui bahwa saat ini kapas asal
Negara asing menjadi produk yang paling banyak di impor untuk memenuhi
kebutuhan industry di Jawa Tengah. Kapas yang banyak didatangkan dari
Amerika Serikat dan Australia dinilai lebih berkualitas dibanding kapas dalam
negeri.
Kapas yang didatangkan ke Jawa Tengah mencapai 15% dan merupakan komoditas tertinggi dibanding tiga produk lain, seperti bijih plastik dan tepung, yang masing-masing 10 dan 7 persen. Bijih plastik paling banyak didatangkan dari Timur Tengah, sedangkan tepung dari Amerika.
Keberadaan kapas dan dua jenis komoditas impor yang banyak didatangkan itu sebagai bukti industri di Jawa Tengah didominasi oleh garmen, plastik, dan makanan olahan. Namun, industri itu masih kalah dengan furnitur atau mebel, yang selama ini masih banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
Kapas yang didatangkan ke Jawa Tengah mencapai 15% dan merupakan komoditas tertinggi dibanding tiga produk lain, seperti bijih plastik dan tepung, yang masing-masing 10 dan 7 persen. Bijih plastik paling banyak didatangkan dari Timur Tengah, sedangkan tepung dari Amerika.
Keberadaan kapas dan dua jenis komoditas impor yang banyak didatangkan itu sebagai bukti industri di Jawa Tengah didominasi oleh garmen, plastik, dan makanan olahan. Namun, industri itu masih kalah dengan furnitur atau mebel, yang selama ini masih banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan di atas bisa disimpulkan bahwa kondisi
ekspor dan impor indonesia belum bisa memuaskan disebabkan karena dalam barang
non migas indonesia lebih banyak mengimpor daripada mengekspor, bisa dilihat
dari data yang telah disajikan. Selain itu, dari sisi ekspor bisa dijelaskan
sebagai berikut, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi
seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri
substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli
barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu
yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga,
kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
SARAN
1. Komoditi
ekspor Indonesia seharusnya bukanlah barang baku, sebaiknya indonesia mengolah
bahan-bahan tersebut menjadi bahan jadi dan siap dipakai.
2. Penting
bagi kita untuk menentukan pasar dan calon pembeli untuk memasarkan barang-barang
ekspor.
3. Membuat
industri barang-barang yang diimpor dari negara lain didalam negeri sehingga
Indonesia bisa memenuhi komoditi-komoditi yang sebelumnya yang diimpor.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar